Kenapa harus masalah? (Masalah dalam perspektif islam)
Masalah.
Suatu hal yang paling tidak disukai oleh setiap orang, termasuk saya sendiri. Mungkin ini latar belakang dari coretan saya kali ini yang akan sedikit mengupas tentang masalah dan mencoba memadukannya dengan nilai-nilai keyakinan (religion).
Terkadang, sebagian orang tidak bisa berpikir sehat saat terkena musibah atau masalah itu sendiri. Sekali lagi, bukan maksud merasa lebih tau tentang hal ini apalagi perihal agama, tetapi hanya sekedar saling mengingatkan khususnya untuk diri sendiri dan umumnya untuk sobat pembaca.
Masalah ini umumnya berkaitan dengan uang, dengan urusan Dunia. Walaupun memang bukan itu langkah awalnya toh ujungnya memang itu juga. Banyak hal yang masuk kategori masalah, bisa tentang keluarga (coba sebutkan, apakah ujung nya is money?), kerabat, sahabat, kerjaan, tagihan? (jangan ngutang makanya) atau kalian para jomblo yang belum direstui karena dianggap belum mapan (mapan, apakah tidak berkaitan dengan uang). Mungkin anda yang sedang salam proses hijrah dan merasa berat meninggalkan pekerjaan yang menjanjikan karena berkaitan dengan riba?
Apa yang anda takutkan?
Begitu juga dengan saya jika memang saya ada diposisi anda. (Sekali lagi, akan dipadukan dengan hukum-hukum agama). Mungkin anda yang sudah mengenal sunah, yang sudah tau anjuran memelihara janggut dan mencukur kumis tetapi kantor melarang untuk keduanya, terlebih lagi untuk janggut, dan jika anda tidak mengindahkan aturan itu, ancaman apa yang akan anda dapatkan dari kantor? sekali lagi saya katakan ujungnya adalah uang. Jika kita bicara uang ini sudah pasti tentang duniawi dan tentunya kita ini bukanlah seorang atheis yang percaya kehidupan ini terjadi begitu saja, lalu mati, membusuk hingga menjadi tanah dan selesai begitu saja. Kita percaya (muslim) adanya takdir.
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلاَئِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“… Allah telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi”[3]
Setiap orang menganggap masalahnya paling besar, padahal nyatanya tidak. Mungkinkah kita yang tidak tau rasa bersyukur?
Selain dari itu, masalah/musibah ini sebagai teguran juga, apa kita banyak melakukan maksiat kepada Allah, tidak menjalankan perintah-perintahnya? Coba ingat-ingat, sudahkah saat mendengar suara adzan langsung bergegas meninggalkan aktivitas dan menuju Masjid (laki-laki)? apa jawabannya belum atau tidak? Berarti kita sama.
Apa yang kita takutkan dengan masalah? Bukankah apa yang terjadi dengan kita sampai detik ini sudah ditulis di lauhul mahfudz lima puluh ribu tahun sebelum Langit dan Bumi ini diciptakan.
Allah SWT berfirman: (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 155)
وَلَـنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَـوْفِ وَالْجُـوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِ ۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar,"
Coba kita buka
(QS. Al-Insyirah 94: Ayat 5)
فَاِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
"Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan,"
Bahkan sampai diulang di ayat berikutnya (QS. Al-Insyirah 94: Ayat 6)
اِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
"sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan."
Tidak hanya sampai disini, dan rasanya tidak perlu kata-kata motivasi dari motivator terkenal untuk membangkitkan gairah, emosi (positif) yang hanya mengandalkan logika yang pada dasarnya setiap orang waras pasti tau mana baik dan mana yang tidak. Tapi apa yang Allah sampaikan, baik itu di Al - Qur'an maupun di Hadits sohih akan lebih tertanam, mengakar di dalam hati dan tidak akan ada lagi keraguan untuk meyakininya.
“Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengan dosa-dosanya”. (HR. Muslim no. 2573).
Sebagian dari ribuan hadits sohih yang menjelaskan tentang hal ini.
Kita hanya perlu mendekatkan diri kepada sang maha pencipta, sabar dan berdoa, sabar bukan diam, pasrah tanpa tindakan.
"Semoga segala musibah yang menimpa kita adalah sebagai penghapus dosa dan apa yang kita tinggalkan (karena Allah 'azza wa jala) Allah gantikan dengan yang lebih baik".
0 Response to "Kenapa harus masalah? (Masalah dalam perspektif islam)"
Post a Comment